Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. Jangan kita kira seperti
kursi-kursi yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis bagi
bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu Beograd.[Pancasila
sebagai dasar negara, hlm. 37]
Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah
partai. Nah, alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Ke dalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur. [Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan sila
perikemanusiaan. [Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman… Tidaklah karenanya wajib tiap-tiap
nasionalls mencegah keadaan itu dengan seberat-beratnya ? [Indonesia
menggugat, hlm. 58]
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya. [Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan nasional,
tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan nasional itu harus Marhaen
yang memegang kekuasaan. [Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa
dan nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang berani
mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri dengan kuatnya. [Pidato HUT
Proklamasi, 1945]
Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta
akan manusia dan kemanusiaan. [Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa
para pemimpin berasal dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat. [Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak berfaedah.
“No sacrifice is wasted”. [Suluh Indonesia Muda, 1928]
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa
dan nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang berani
mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri dengan kuatnya. [Pidato HUT
Proklamasi, 1945]
Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu Nasionalisme
perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme semacam itu pastilah salah,
pastilah binasa. [Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya. [Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi
“perkakasnya Tuhan”, dan membuat kita menjadi “hidup di dalam rokh”. [Suluh
Indonesia Muda, 1928]
Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan nasional,
tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan nasional itu harus Marhaen
yang memegang kekuasaan. [Mencapai Indonesia Merdeka,
1933]
Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang sehat. [Pancasila
sebagai dasar negara hlm. 65]
Tidak seorang yang menghitung-hitung : “Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.” [Pidato HUT Proklamasi, 1956]
Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”. [Pidato HUT
Proklamasi, 1946]
Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”. [Pidato HUT Proklamasi, 1946]
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak berfaedah.
“No sacrifice is wasted”. [Suluh Indonesia Muda, 1928]
Entah bagaimana tercapainya “persatuan” itu, entah bagaimana
rupanya “persatuan” itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke Indonesia –
Merdeka itu, ialah ….”Kapal Persatuan” adanya. [Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
Bangsa adalah segerombolan manusia yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu geopolitik yang
nyata satu persatuan. [Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan! [Pidato HUT Proklamasi, 1946
]
Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd. Oleh karena
pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian Beograd. [Pancasila sebagai dasar
negara, hlm. 7 ]