Banyak
sekali kisah di dunia ini mengenai pemimpin atau presiden yang digilai atau
menjadi pujaan wanita, seperti Kennedy misalnya, ada juga Bill Clinton yang
pernah terlibat kasus dengan Monica Lewinsky dan masih banyak lagi. Ternyata di
negara kita pun ada sosok figur presiden yang juga memiliki “penggemar” wanita.
Presiden tersebut adalah Soekarno.
Sejarah mencatat bahwa kehidupan Bung Karno tidak pernah terlepas
dari wanita. Perlu
diketahui, bahwa pesona Soekarno tidak
hanya membuat gentar kaum kolonialis dan lawan-lawan politiknya. Tetapi juga
sanggup meluluh lantakkan hati setiap wanita di jamannya. Beliau pandai sekali
dalam menebarkan pesonanya di mata wanita.
Hampir setiap
sisi kehidupannya, Bung Karno tidak pernah bisa dilepaskan dari wanita. Bahkan
ketika beliau sedang berada di dalam penjara sekali pun, dia tetap menjadi
incaran wanita. Apalagi ketika beliau berkuasa. Saat terpuruk dari kekuasaan
dan hampir meninggal dunia sekalipun, beliau masih sempat - sempatnya duduk di
pelaminan menyunting gadis belia.
Sebagai
seorang Presiden yang memang penuh dengan kharisma dan juga pesona, maka tak salah
jika di dalam perjalanan hidupnya, Bung Karno sering kali terlibat permasalahan
dengan wanita. Tapi apakah semua itu mutlak salah Bung Karno?. Tidak ada yang
bisa disalahkan dari sikap Bung Karno tersebut, karena Bung Karno hanya manusia
biasa yang hanya bisa menerima apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Lalu,
di mana salahnya bila Bung Karno terlahir dengan penuh pesona.
Daya
tarik dan pesona Bung Karno inilah yang sulit untuk ditolak oleh beberapa
perempuan yang pernah hadir dalam kehidupan bapak proklamator Indonesia ini.
Selain daya tarik dan pesona, apalagikah yang membuat Bung Karno selalu
dikelilingi oleh wanita?.
Menurut
Bambang Widjanarko, seorang ajudan yang telah dengan setia mendampingi Bung
Karno dan tahu banyak tentang Bung Karno dan wanita-wanita di sekelilingnya.
Menjelaskan bahwa alasan terkuat mengapa Bung Karno dicintai wanita adalah karena
Bung Karno selalu dapat mencurahkan perhatiannya kepada wanita itu. Tentu saja
tidak sembarang wanita. Biasanya, ia selalu rela mencurahkan waktu dan
perhatiannya kepada wanita yang benar-benar dicintainya, seperti para
isterinya.
Selain
itu, Bambang juga mengungkapkan bahwa Bung karno memiliki daya tarik berupa
taraf intelektualitasnya yang tinggi, serta sikap gallant (gagah) setiap kali
ia berhadapan dengan dengan wanita, tak peduli tua atau muda. Kegagahan Bung
Karno inilah yang pertama-tama akan membuat wanita senang dan juga merasa
dihargai oleh Bung Karno. Sikapnya tersebut sempat beberapa kali tertangkap
oleh kamera, seperti Bung Karno yang tidak segan-segan mengambilkan sendiri
minuman bagi seorang tamu wanita, atau membantu memegang tangan wanita itu
sewaktu turun dari mobil.
Bung
Karno memiliki 9 isteri hingga akhir hidupnya. Ada yang bercerai karena tidak
kuat dimadu dan ada pula yang masih menjadi isteri syah beliau hingga di akhir
usianya.
Kepada
Cindy Adams, Bung Karno pernah mengeluarkan pendapatnya mengenai dirinya dan
wanita. Bahkan, secara lugas dan jelas Bung Karno berkata kepada Cindy,” I’m
a very physical man. I must have sex everyday.
Bambang
Widjanarko, juga mengatakan bahwa Bung Karno pernah berkata, “Ya, aku senang melihat wanita cantik. Aku
akan merasa lebih berdosa bila berpura-pura dengan mengatakan tidak atau
bersikap seakan tidak senang. Berpura-pura seperti itu namanya munafik dan aku
tidak mau munafik.”
Di saat yang berbeda, Bung Karno pun juga pernah
mengatakan, “Aku menjunjung Nabi Besar. Aku mempelajari ucapan-ucapan beliau
dengan teliti. Jadi, moralnya bagiku adalah: bukanlah suatu dosa atau tidak
sopan kalau seseorang mengagumi perempuan yang cantik. Dan aku tidak malu
berbuat begitu, karena melakukan itu pada hakekatnya aku memuji Tuhan dan
memuji apa yang telah diciptakanNya.”
Sebut
saja kesembilan wanita yang pernah singgah di hati sang presiden, yaitu Siti
Utari Tjokroaminoto, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manopo, Naoko
Nemoto yang kemudian berganti nama menjadi Ratnasari Dewi, Haryati, Yurike
Sanger, dan Heldy Djafar, mereka semua memiliki paras yang benar-benar cantik.
Mengenai
perbedaan usia, itu tidak pernah menjadi soal bagi sang presiden. Bung Karno
pernah memperisteri wanita yang usianya lebih tua 15 tahun darinya (Inggit
Ganarsih) hingga yang memiliki usia lebih muda 46 tahun darinya (Heldy Djafar).
Semua tersebut telah tunduk dan jatuh ke dalam pesona Soekarno yang maha
dahsyat.
Kepiawaian
Sukarno mengambil hati wanita memang tidak diragukan lagi. Surat cinta, rayuan,
dan sikap gentleman khas Sukarno menjadi hal yang masih dapat dikenang oleh
istri dan mantan istrinya. Kendati beberapa diantaranya sudah bercerai dan
menikah lagi dengan pria lain, mereka masih fasih membahasakan kembali sederetan
kata indah yang pernah ditulis dan diucapkan oleh Sukarno.
Melihat
tingkah Bung Karno yang sangat memuja wanita tersebut, beliau mendapatkan
banyak sekali gelar. Beberapa gelar tersebut, di antaranya Arjuna, Casanava Cinta,
dan Don Juan. Sedangkan dari pengagumnya yang berada di luar negeri, beliau
dijuluki A Great Lover. Petualangan cintanya memang begitu terkenal,
tidak hanya di dalam negeri tapi juga di mancanegara. Bahkan, pers barat dengan
sinis menyebut beliau dalam istilah ”Le Grand Seducteur – tidak bisa
melihat rok wanita tanpa bernafsu”.
Bagaimanapun
penilaian kita pada pribadi Sukarno dan petualangan cintanya, Bung Karno
tetaplah salah seorang figur yang patut kita hormati. Segala catatan atau track record miring tentang beliau
hendaklah tidak menjadi alasan untuk menghujat beliau. Bung Karno sama seperti
kita semua, beliau masih manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Mungkin
“mudah jatuh cinta” adalah salah satu kesalahan terbesar beliau, tapi apakah
benar bila satu kesalahan dapat menggugurkan ribuan kebaikan yang pernah beliau
berikan untuk negeri tercinta ini?.
Wanita
dan perjuangan Bung Karno memang tidak bisa dipisahkan. Salah satunya adalah
perjuangan Inggit Ganarsih, seorang wanita yang juga berada di balik
perjuangannya bagi bangsa ini. Bahkan, Bung Karno menyebut Inggit sebagai
Srikandi Indonesia di depan khalayak ramai pada waktu Kongres Indonesia Raya di
Surabaya tahun 1931. Tidak hanya Inggit juga, masih ada Fatmawati yang namanya
juga tercatat sebagai pahlawan Indonesia dengan predikatnya yang teman berjuang
Bung Karno.
Selanjutnya,
ada nama Ratna Sari Dewi dalam buku Bung Karno Bapakku, Guruku, Sahabatku,
Pemimpinku: Kenangan 100 Tahun Bung Karno, yang menyatakan bahwa sesungguhnya
Sukarno adalah seorang pahlawan sejati yang hanya mencintai negara dan
bangsanya.
Dalam
wawancara dengan majalah Tempo pada tahun 1999, Hartini yang juga merupakan
salah satu isteri Soekarno menceritakan mengenai kegemaran Sukarno kepada
wanita cantik.
”Cintanya
kepada wanita yang cantik adalah beban bagi saya. Walaupun saya sudah berusaha
menerima dia sebagaimana adanya, dia sangat mencintai keindahan, termasuk
keindahan dalam kecantikan wanita,” kata Hartini.
Malah bekas ajudannya, Bambang
Widjanarko sebagaimana dilaporkan oleh majalah Tempo pernah berkata, ”Daya tarik dan daya intelektualnya yang
tinggi menjadikan Sukarno seorang master dalam menakluk hati wanita.''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar