Rabu, 01 November 2006

Pernah Dikibuli Seorang Pelacur


Tidak semua pengalaman seorang presiden itu harus manis. Mantan orang nomor satu di Indonesia pun pernah mengalami sebuah peristiwa yang cukup mengejutkan, yaitu dikibuli oleh seorang pelacur. Bagaimana ceritanya Bung Karno bisa tertipu oleh seorang pelacur?.
Pada masa pemerintahan Soekarno, ada dua nama yang dulu cukup menggemparkan di Indonesia, yaitu Raja Idrus dan Ratu Markonah. Kedua nama tersebut bukanlah nama orang terkenal, mereka hanyalah orang biasa namun sempat membuat geger Indonesia saat itu. Nama Markonah “melejit” pada tahun 1950-an. Ketika itu, Indonesia sedang bekerja keras untuk membebaskan Irian Barat yang saat itu masih dikuasai oleh Belanda. Waktu itu sekitar tahun 1950-an, Indonesia sedang berjuang membebaskan Irian Barat. Pada waktu itu, Markonah berusia 50-an. Secara fisik, Markonah bukanlah wanita yang cantik. Ia selalu menggunakan kacamata berwarna hitam untuk menutupi  cacat di matanya.
Raja Idrus dan Ratu Markonah adalah sepasang suami-istri yang selalu mengaku sebagai raja dan ratu Suku Anak Dalam, Sumatera. Usaha penipuan tersebut pun tidak setengah-setengah, mereka benar-benar berusaha menciptakan kebohongan publik dengan mengaku sebagai seorang penguasa Suku Anak Dalam Sumatera. Bahkan, mereka juga menemui sejumlah pejabat dengan mengaku sedang mengunjungi beberapa daerah di tanah air ini. Dengan dandanan dan penampilan yang cukup meyakinkan semua orang, ratu palsu tersebut bisa membuat semua orang terkesima, sehingga para pejabat daerah pun menyambut kedua ratu palsu tersebut dengan tangan terbuka.
Tidak hanya memberi jamuan yang istimewa, para pejabat daerah tersebut juga memuji penampilan sang ratu palsu dengan pujian yang luar biasa. Raja Idrus dan Ratu Markonah pun diajak untuk foto bersama dan tentu saja diliput oleh media massa. Entah bagaimana ceritanya, ketenaran kedua penguasa palsu tersebut pun sampai ke telinga Bung Karno. Tidak hanya itu saja, keduanya pun secara resmi berkenalan dengan Presiden Soekarno.
Seorang sejarahwan Universitas Indonesia yang bernama Anhar Gonggong menyebutkan bahwa, “Pejabat ini, saya nggak tahu namanya, menyampaikan ke Bung Karno, kalau Raja Idrus dan Ratu Markonah sudah seharusnya diterima di istana. Sebab raja dan ratu itu bisa membantu pembebasan Irian Barat,”
Bung Karno tentu saja tidak bisa menolak kedatangan kedua penguasa palsu tersebut, karena pada saat itu, Bung Karno memang sedang membutuhkan dukungan rakyat untuk membebaskan Irian Barat yang masih berada di tangan Belanda. Maka Bung Karno pun mengundang kedua penguasa palsu tersebut Istana Merdeka. Selain mendapatkan sambutan dan jamuan yang istimewa, Raja Idrus dan Ratu Markonah juga mendapat uang untuk misi membantu pembebasan Irian Barat. Bahkan beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa Presiden Soekarno juga memberikan mereka uang menginap di hotel mewah dan makan gratis selama berminggu-minggu.
Namuan akhirnya, kedua penguasa palsu tersebut pun ketahuan belangnya. Mereka tertangkap basah ketika sedang asyik berwisata dan berbelanja bermacam-macam cindera mata di sebuah pasar di Jakarta.
Anhar Gonggong berkata, “Saat itu ada tukang becak yang mengenali Idrus, karena Idrus itu ternyata tukang becak. Dari sinilah wartawan melakukan investigasi dan membongkar kedok penipu itu. Markonah ternyata seorang pelacur kelas bawah di Tegal, Jawa Tengah. “Lucu itu, presiden kok bisa tertipu,”
Penipuan yang dilakukan oleh Idrus dan Markonah merupakan kasus penipuan nasional pertama yang dialami negeri ini dengan korban istana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar