Kamis, 01 Juni 2006

Kata-Kata Mutiara Soekarno Tentang Imperialisme


Soal jajahan, adalah soal “rugi atau untung”, soal ini bukanlah soal kesopanan atau kewajiban, soal ini ialah soal mencari hidup, soal Business !. [Di bawah bendera revolusi, hlm. 51]

Dalam tahun 1929 itu terlepaslah dari mulut saya kalimat yang terkenal, “Kaum imperialis, awaslah, jikalau nanti geledek Perang Pacific menyambar-nyambar dan membelah angkasa …., di situlah rakyat Indonesia melepaskan belenggu-belenggunya, di situ Rakyat Indonesia akan Merdeka. [Kepada bangsaku hlm. 316 ]

Memang zaman imperialisme modern mendatangkan “kesopanan”,mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan bencana yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu? [Indonesia menggugat, hlm. 46 ]

Sejak adanya “Opendeur Politik”, juga modal Inggeris, juga modal Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain, sehingga imperialisme di Indonesia kini jadi Internasional. [Indonesia menggugat, hlm. 51]

Bagaimana hakekatnya “budaya” atau “cultuur” yang didatangkan imperialisme moderen itu? Stockvis menyebutnya.” rakyat khatulistiwa yang korat-karit dan diperlakukan tidak semena-mena”. [Indonesia menggugat, hlm. 72]

Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan negeri atau bangsa lain, tapi imperialisme bisa juga hanya nafsu atau sistem mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tak usah dijalankan dengan pedang atau bedil atau meriam atau kapal perang, tak usah berupa pengluasan daerah negeri dengan kekerasan senjata sebagai diartikan oleh Van Kol, tetapi juga berjalan dengan “putarlidah” atau cara “halus-halusan” saja, bisa juga berjalan dengan cara “pénétration pacifique”.[Indonesia menggugat, hlm. 81]

Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”. Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap pertolongan. [Indonesia menggugat, hlm. 75]

Pergerakan ini ialah antithese imperialisme yang terbikin oleh imperialisme Beograd. Bukan bikinan “penghasut”, bukan bikinan “opruieres”, pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyat. [Indonesia menggugat, hlm. 71]

Perang Kemerdekaan Amerika adalah sukses pertama perang melawan kolonial di dalam sejarah dunia (di permukaan bumi) Maka penyair Longfellow menulis: A cry defiance and not of fear. A voice in the darkness, a knock at the door. And a word that shall echo for evermore [Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]

Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari Indonesia, belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama sekali. [Indonesia menggugat, hlm. 81]

Memang Tuan Hakim, kami membicarakan bahwa Perang Pacific itu akan datang. Kami harus mengerti, jika bangsa Indonesia tidak segera menjadi bangsa yang teguh, kami bisa tidak tahan menderitakan pengaruh ledakan itu. [Indonesia menggugat, hlm. 164]

Amboi-di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan tenaga sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan “penghasut” dan “opruieres” dan “ophitser” sudah di bui atau dibuang. Tapi tidaklah pergerakan yang umurnya lebih kurang. 20 tahun itu semakin menjadi besar ? [Indonesia menggugat, hlm. 70]

We are often told “Colonialism is dead”. Let us not be deceived or even soothed by that. I say to you, colonialism is not yet dead. How can we say it is dead, so long as vast areas of Asia and Africa are un-free. And I beg of you do not think of colonialism only in the classic form which we of Indonesia, and our brothers in different parts of Asia and Africa knew, colonialism has also its modern dress, in the form of economic control, intellectual control, actual physical control a small, but aliencommunity within a nation. It is a skillfull and determined enemy, and it appears in many guises. It does not give up its loot easily, wherever, whenever and however-it-appears, colonialism is an evil thing, and one must be eradicated from the earth. [Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]

Benar seperti kata Jean Juares, di dalam Dewan Rakyat Perancis terhadap wakil-wakil kaum modal, “Imperialisme itulah penghasut yang besar yang menyuruh berontak; karena itu bawalah ia ke depan polisi dan hakim.” Tapi bukan imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme yang kini berada di muka mahkamah tuan-tuan Hakim tetapi kami: Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen, Soepriadinata, Sukarno.” [Indonesia menggugat, hlm. 81]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar