Soal jajahan, adalah soal “rugi atau untung”, soal ini bukanlah
soal kesopanan atau kewajiban, soal ini ialah soal mencari hidup, soal Business
!. [Di
bawah bendera revolusi, hlm. 51]
Dalam tahun 1929 itu terlepaslah dari mulut saya kalimat yang
terkenal, “Kaum imperialis, awaslah, jikalau nanti geledek Perang Pacific
menyambar-nyambar dan membelah angkasa …., di situlah rakyat Indonesia
melepaskan belenggu-belenggunya, di situ Rakyat Indonesia akan Merdeka. [Kepada bangsaku hlm. 316 ]
Memang zaman imperialisme modern mendatangkan
“kesopanan”,mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan bencana
yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu? [Indonesia menggugat, hlm.
46 ]
Sejak adanya “Opendeur Politik”, juga modal Inggeris, juga modal
Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain, sehingga imperialisme di
Indonesia kini jadi Internasional. [Indonesia menggugat, hlm. 51]
Bagaimana hakekatnya “budaya” atau “cultuur” yang didatangkan imperialisme
moderen itu? Stockvis menyebutnya.” rakyat khatulistiwa yang korat-karit dan
diperlakukan tidak semena-mena”. [Indonesia menggugat, hlm. 72]
Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan negeri atau
bangsa lain, tapi imperialisme bisa juga hanya nafsu atau sistem mempengaruhi
ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tak usah dijalankan dengan pedang atau bedil
atau meriam atau kapal perang, tak usah berupa pengluasan daerah negeri dengan
kekerasan senjata sebagai diartikan oleh Van Kol, tetapi juga berjalan dengan
“putarlidah” atau cara “halus-halusan” saja, bisa juga berjalan dengan cara
“pénétration pacifique”.[Indonesia menggugat, hlm. 81]
Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau di desa
situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”. Tak lain tak bukan,
karena rakyat menunggu dan mengharap pertolongan. [Indonesia menggugat, hlm.
75]
Pergerakan ini ialah antithese imperialisme yang terbikin oleh
imperialisme Beograd. Bukan bikinan “penghasut”, bukan bikinan “opruieres”,
pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyat. [Indonesia menggugat, hlm.
71]
Perang Kemerdekaan Amerika adalah sukses pertama perang melawan
kolonial di dalam sejarah dunia (di permukaan bumi) Maka penyair Longfellow
menulis: A cry defiance and not of fear. A voice in the darkness, a knock at
the door. And a word that shall echo for evermore [Pidato Konperensi AA di
Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari Indonesia,
belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama sekali. [Indonesia
menggugat, hlm. 81]
Memang Tuan Hakim, kami membicarakan bahwa Perang Pacific itu akan
datang. Kami harus mengerti, jika bangsa Indonesia tidak segera menjadi bangsa
yang teguh, kami bisa tidak tahan menderitakan pengaruh ledakan itu. [Indonesia
menggugat, hlm. 164]
Amboi-di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan tenaga
sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan “penghasut” dan “opruieres” dan
“ophitser” sudah di bui atau dibuang. Tapi tidaklah pergerakan yang umurnya lebih
kurang. 20 tahun itu semakin menjadi besar ? [Indonesia menggugat, hlm. 70]
We are often told “Colonialism is dead”. Let us not be deceived or
even soothed by that. I say to you, colonialism is not yet dead. How can we say
it is dead, so long as vast areas of Asia and Africa are un-free. And I beg of
you do not think of colonialism only in the classic form which we of Indonesia,
and our brothers in different parts of Asia and Africa knew, colonialism has
also its modern dress, in the form of economic control, intellectual control,
actual physical control a small, but aliencommunity within a nation. It is a
skillfull and determined enemy, and it appears in many guises. It does not give
up its loot easily, wherever, whenever and however-it-appears, colonialism is
an evil thing, and one must be eradicated from the earth. [Pidato
Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
Benar seperti kata Jean Juares, di dalam Dewan Rakyat Perancis
terhadap wakil-wakil kaum modal, “Imperialisme itulah penghasut yang besar yang
menyuruh berontak; karena itu bawalah ia ke depan polisi dan hakim.” Tapi bukan
imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme yang kini berada di muka
mahkamah tuan-tuan Hakim tetapi kami: Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen,
Soepriadinata, Sukarno.” [Indonesia menggugat, hlm. 81]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar