Kamis, 25 Januari 2007

Ada Roosevelt dan Clark Gable Dalam Diri Soekarno


Sebuah kisah terjadi di suatu pagi pada tahun 60-an. Pada waktu itu, sebuah mobil kedutaan meluncur menuju kota hujan Bogor. Di dalam mobil tersebut, telah duduk sang Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Howard Jones beserta istrinya, Marylou. Perlu untuk diketahui bahwa Howard Jones adalah satu di antara sedikit orang Amerika Serikat pada zamannya, yang mengerti dan memahami figur Bung Karno. Selain sebagai duta Amerika Serikat untuk Indonesia, Howard Jones juga merangkap sebagai Ketua Korps Diplomatik di Indonesia.
Hubungannya dengan Bung Karno bisa dibilang cukup dekat. Karena saking dekatnya, tak jarang Bung Karno menjamu Howard Jones beserta isteri di sebuah paviliun kecil samping istana, adalah salah satu bukti kedekatan mereka. Meskipun Bung Karno mengatakan bahwa antara dirinya dan Howard, seringkali terlibat perdebatan-perdebatan sengit dan pahit, namun hal tersebut tidak pernah merusak hubungan baik mereka. Bahkan, perselisihan tersebut justru bisa menumbuhkan benih-benih persahabatan. Hal tersebutlah yang membuat Bung Karno menyebut Howard sebagai “kawan tercinta”.
Dalam suatu kesempatan, Howard menilai kepribadian Bung Karno dengan satu ungkapan, “Soekarno adalah suatu perpaduan antara Franklin Delano Roosevelt dan Clark Gable.” Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Roosevelt adalah salah satu presiden paling berpengaruh di Amerika Serikat. Sedangkan Clark Gable adalah aktor tampan Hollywood yang dicintai dan juga digilai oleh para wanita. Tentu saja Bung Karno sangat senang dengan persandingan itu.
Selagi berada di meja makan, Bung Karno berdampingan dengan Marylou sedangkan Howard Jones didampingi Hartini. Pada saat itulah, Howard menyampaikan ide segarnya “Pak Presiden, saya kira inilah waktu yang tepat untuk melihat kembali jalan-jalan sejarah. Menurut pendapat saya sudah tepat waktunya bagi Pak Presiden untuk menuliskan sejarah hidup.”
Bagi Bung Karno, ide tersebut bukanlah pertama yang ia dengar. Seperti biasanya, Bung Karno selalu memberikan jawaban yang bijak ketika diajak berbicara mengenai hal tersebut. Sambil tersenyum, Bung Karno pun menjawab, “Tidak sekarang. Insya Allah, jika Tuhan mengizinkan saatnya masih 10 atau 20 tahun lagi.” Meskipun demikian, Bung Karno selalu merasa bahwa tidak ada yang bisa menceritakan tentang kehidupan pribadinya. Sebenarnya, hal tersebutlah yang membuat beliau selalu menolak. Menurut Bung Karno, baik atau buruknya catatan sejarah seseorang, hanya dapat dipertimbangkan setelah yang orang bersangkutan telah meninggal dunia.
Bukanlah Howard kalau mudah putus asa. Howard pun terus menerus membujuk Bung Karno untuk menulis buku tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, Howard berkata, “Tapi tidak untuk Anda, Pak Presiden.” Dalam pandangan Howard, Soekarno adalah seorang presiden yang sudah berkuasa selama 20 tahun. Selain itu, Soekarno adalah seorang presiden yang paling banyak diperdebatkan dan dikritik pada zamannya. Howard juga mengatakan bahwa terlalu banyak rahasia tersimpan pada diri seorang Soekarno, sehingga dunia dan para penggemarnya perlu mengetahui sosok Bung Karno.
Di akhir pembicaraannya, Howard berkata bahwa Soekarno adalah sosok presiden, kepala negara, dan seorang orator yang ulung. Satu nilai plus lainnya adalah Soekarno adalah seorang pecinta sejati. Pemimpin yang kharismatik, sekaligus flamboyan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar