Senin, 16 April 2007

Soekarno Presiden Termiskin di Dunia


Penulis buku “Fatmawati Sukarno, The First Lady” sempat menambahkan dalam tulisannya bahwa “Sukarno, mungkin satu-satunya presiden termiskin di dunia. Semasa hidupnya, ia hanya memiliki satu rumah di Batutulis, Bogor. Untuk melukiskan “kemiskinannya”, kepada Cindy Adams, Bung Karno pernah bertutur, “Dan, adakah kepala negara lain yang lebih melarat dari aku, dan sering meminjam-minjam (uang) dari ajudannya?”….
Wow!, sebuah hal langka yang sangat kecil kemungkinannya bila terjadi di era sekarang, di mana sebagian besar pemimpin justru asyik “menebalkan” dompet dan memperkaya diri mereka sendiri-sendiri. Mari sejenak kita lihat seberapa miskinkah presiden pertama kita dulu.
Selama menjabat sebagai presiden, Bung Karno memang menetap di istana, sebagaimana presiden-presiden kita sekarang. Istana tersebut tentunya merupakan milik negara. Sementara itu, Bung Karno sendiri tercatat hanya memiliki sebuah rumah di Batu Tulis, Bogor. Adapun untuk rumah-rumah yang lain, ia belikan untuk istri-istrinya.
Rumah beliau yang berada di Batu Tulis pun, selengsernya Bung Karno langsung disita oleh Sekretariat Negara. Sebenarnya, hal ini merupakan sesuatu yang sangat aneh sekali. Tidak pernah diketahui apakah alasanya mengapa satu-satunya rumah milik pribadi Bung Karno diambil oleh negara.
Penderitaan Bung Karno tidak hanya berhenti di situ saja. Ketika beliau “diasingkan” oleh rezim baru, pemerintah Indonesia saat itu hanya mendata tentang barang-barang yang raib saja, tanpa memberikan ganti yang berarti.
Sementara itu, nasib buruk juga menimpa putera-puteri Bung Karno. Mereka tidak pernah mendapatkan harta warisan dari ayahnya yang layak. Bahkan untuk hidup saja, mereka harus bekerja. Guntur Soekarno Putra harus berhenti sekolah untuk membantu sang bunda. Mega, Rachma dan Sukma hidup bersama suaminya. Mereka masih sering berkumpul di rumah ibunya, di Jl. Sriwijaya 26, Jakarta Selatan. Selain itu, kehidupan Fatmawati pun sangat jauh dari kesan “mewah”, walaupun beliau adalah janda presiden, mantan first lady negara ini.
Sebuah kisah nyata yang memilukan pun juga terjadi di kediaman Bung Karno sendiri. Ketika hujan deras, air pun masuk karena atap yang bocor. Beberapa bagian langit-langit rumahnya pun terlihat rapuh dan rusak parah. Perlu untuk diketahui, sebagai janda presiden, Fatmawati tidak menerima tunjangan barang sepeser pun. Ia, baru menerima tunjangan resmi dari negara, pada bulan Juni 1979, tepatnya sembilan tahun setelah wafatnya sang presiden, Sukarno.
Pada tahun 1972, rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya harus ditinggalkannya karena tak kuat dalam menanggung biaya perawatan rutin rumah tersebut. Fatmawati terpaksa mengontrakan rumah yang telah menemaninya bertahun-tahun, di dalam suka dan duka maupun di saat-saat kesedihan dan juga kesepiannya. Uang kontrakan tersebutlah yang digunakan Fatmawati untuk menghidupi putera-puterinya, seperti untuk membiayai Guruh kuliah di Belanda. Sementara itu, Fatma tinggal bersama ibunya di di Jalan Cilandak V, Jakarta Selatan. Sebuah lokasi yang tak jauh sekarang terkenal dengan Rumah Sakit Fatmawati. Namun saat itu, jalan menuju rumahnya sempit dan berlumpur.
Soekarno, The Simple Man
Bila berbicara mengenai pola hidup seorang presiden yang sederhana, maka hal tersebut tidak akan terlepas oleh dua sosok, yaitu Mahmoud Ahmadinejad (Presiden Irak) dan juga Soekarno. Kehidupan kedua presiden tersebut memang sangat jauh dari kesan mewah dan glamor, sangat berbeda dengan pemimpin-pemimpin negara pada umumnya.
Bung Karno memang memiliki kebiasaan makan yang sangat sederhana sekali. Meskipun berada di sebuah istana yang serba ada, namun Bung Karno selalu makan hanya dengan menggunakan tangan saja, tanpa sendok, garpu maupun pisau. Beliau jarang sekali makan daging, melainkan cukup hanya dengan nasi semangkuk kecil, sayur lodeh atau sayur asam, sambal dan telor mata sapi atau ikan asin. Benar-benar sederhana bukan?. Ketika beliau makan sambal, Bung Karno tidak pernah memindah sambal ke dalam piringnya, melainkan ia memakan langsung dari cobeknya. Benar-benar menu rakyat biasa. Di samping itu, Bung Karno juga sangat menyukai kopi tubruk, sayur daun singkong, sawo, dan pisang. Ketika selesai makan, beliau tak lupa mengeluarkan sebatang rokok States Express (“555″).
Sebuah kejadian unik pernah dialami oleh Letnan Soetikno, seorang pembantu ajudan Presiden dan juga Mangil. Pada suatu hari, mereka berdua diajak makan oleh Bung Karno. Tentu saja mereka tidak menolak ajakan tersebut, satu kebanggaan bisa makan bersama orang nomor satu di Indonesia, pikir mereka tentunya. Namun, mereka berdua terlihat kaget ketika melihat menunya yang cukup sederhana sekali, satu mangkuk kecil nasi, sayur daun singkong, sambal dan juga ikan asin. Keanehan berikutnya terjadi ketika mereka bertiga makan. Pada saat itu, Soetikno beserta Mangil makan dengan sendok dan garpu sementara Bung Karno cukup dengan tangannya, wow!....benar-benar kehidupan yang merakyat.
Selain dari kebiasaan makan beliau, kesederhanaan Bung Karno juga bisa kita lihat pada cara berpakaian beliau yang benar-benar sederhana. Beliau jarang beli pakaian baru, apabila pakaian yang sobek dirasa masih bisa dipakai, maka Bung Karno cukup menjahitnya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar