Kehebatan Bung Karno memang tidak bisa dikalahkan. Selain ia pandai
dalam berpidato, memimpin sebuah pergerakkan, menggerakkan hati wanita dan lain
sebagainya, ternyata Bung Karno juga pandai dalam mengeluarkan ide-ide hebat. Tak
jarang ide-idenya tersebut membuat orang bengong, termasuk ketika Bung Karno
hendak memasukkan para wanita tuna susila ke dalam organisasi bentukannya.
Namun, ada ide hebat lainnya yang cukup kontroversial saat itu, yaitu
gagasannya tentang Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis). Konon, ide inilah
yang membuat pamor seorang Soekarno mengalami penurunan yang sangat tragis, dan
akhirnya berujung kepada tenggelamnya karir beliau di panggung politik dunia.
Para pengamat sejarah berpendapat bahwa ide Nasakom ini sebenarnya
sudah ada sejak pemilu tahun 1955. Saat itu Soekarno hendak menggabungkan tiga
kekuatan besar yang ada di Indonesia berdasarkan dengan hasil pemilu yaitu PNI,
Masyumi dan juga PKI.
Tentu saja ide Nasakom ini sangat menguntungkan bagi PKI, karena
dengan demikian ruang gerak mereka jadi semakin luas saja. Namun keberadaan PKI
ini tentu saja sangat merisaukan bagi partai yang berlandaskan pada agama
Islam, terutama partai Masyumi. Orang-orang yang berada di partai Masyumi ini
tidak mau duduk di dalam satu forum dengan partai Komunis yang memang bersifat
atheis (tidak mempercayai adanya Tuhan).
Dengan masuknya PKI sebagai salah satu partai terbesar, membuat PKI
besar kepala. Terutama setelah PKI berhasil mengganyang Malaysia sehingga Bung
Karno pun selalu menyajungnya. Sejak itulah, Bung Karno secara tegas
mengeluarkan sebuah dokumen (dokumen CIA [ada tanggal 13 Januari 1965) yang
cukup kontroversial. Dalam dokumen tersebut, Soekarno berkata bahwa ia tidak
bisa menoleransi lagi adanya gerakan anti-PKI karena ia butuh dukungan PKI
untuk menghadapi Malaysia.
Bung Karno sedikit kecewa dengan Masyumi yang menunjukkan sikap
penolakannya terhadap PKI. Akhirnya, Soekarno pun mulai mengintimidasi partai
yang merupakan representasi umat Islam terbesar di Indonesia saat itu. Tidak
hanya itu saja, Bung Karno juga menghapus partai Masyumi pada tanggal 17
Agustus 1960. Tak lama kemudian setelah pembubaran partai Masyumi, Soekarno pun
segera membuat DPR-GR. Dalam pembentukan DPR-GR tersebut, Soekarno tidak mengikut
sertakan anggota dari partai Masyumi.
Kehebohan pun kembali terjadi pada tahun 1962. Saat itu pemerintah
menangkap pemimpin partai Masyumi karena dianggap ikut berperan serta menentang
negara dalam upaya untuk membentuk Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI). Tentu saja hal semacam itu menguntungkan PKI, sehingga partai Komunis
tersebut merasa dirinya bagai di atas awan, tak terjamah dan tak terkalahkan.
Hal tersebut jugalah yang akhirnya membuat PKI melakukan pelecehan-pelecehan
terhadap agama Islam.
Lama-lama rakyat pun menjadi gerah dengan perbuatan PKI yang tidak
berperikemanusiaan. Akhirnya meletuslah gerakan 30 September. Gerakkan tersebut
pun semakin menjadi ketika Soeharto datang untuk memanfaatkan situasi negara
yang memang sudah keruh itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar