Meninggalnya Muammar Qaddafi sebagai wujud sikapnya yang anti
Amerika merupakan pukulan terberat bagi negara-negara Islam di dunia. Muammar Qaddafi
yang dianggap sebagai salah satu ikon anti America tersebut kini telah tiada.
Namun, tahukah Anda bahwa sebelum Muammar Qaddafi, Indonesia juga punya legend hero yang juga mempertahankan
sikapnya yang anti Amerika?, pahlawan tersebut adalah Soekarno. Bung Karno
merupakan salah satu tokoh yang benar-benar tidak mau tunduk terhadap
negara-negara kapitalis seperti Amerika, Inggris dan sebagainya.
Sikap Bung Karno yang tegas tersebut tentu saja membuat Amerika
Serikat kalang kabut dan merasa tidak nyaman. Bangsa Amerika selalu beranggapan
bahwa bangsa tersebut adalah bangsa adikuasa, bangsa yang paling ditakuti.
Namun, tidak untuk Soekarno. Presiden pertama Indonesia tersebut sama sekali
tidak takut terhadap gertakan-gertakan yang diberikan oleh Amerika. Itulah yang
konon membuat hubungan Indonesia dengan Amerika tidak pernah harmonis.
Sikap keras kepala Bung Karno yang anti Amerika merupakan salah
satu contoh sifatnya yang anti kapitalis dan anti liberalis. Bung Karno
berhasil menunjukkan karakteristik kepribadiannya yang nasionalis, bahkan bisa
dibilang ultra nasionalis. Konon, sifat nasionalis Bung Karno inilah yang
dijadikan motivasi oleh seorang Muammar Qaddafi yang juga secara keras menyebut
dirinya sebagai “Anti Amerika.”
Salah satu contoh hubungan Indonesia – Amerika yang tidak harmonis
adalah ketika Amerika dipimpin oleh Dwight D. Eisenhower. Hal itu terlihat
ketika Eisenhower mengundang Bung Karno namun Eisenhower justru tidak
menyambutnya di bandara. Lalu, apa reaksi Bung Karno terhadap sifat acuh
presiden Amerika tersebut?,
Bung Karno hanya bisa mengucapkan sepatah kata, “Baiklah”. Namun
ternyata, sifat acuh Eisenhower tidak hanya sampai di situ saja. Setibanya Bung
Karno di Gedung Putih pun, Eisenhower tidak memperlihatkan wajahnya. Sekali
lagi, reaksi Bung Karno saat itu hanya terwakili dengan mengatakan, “Baiklah.”
Puncak kemarahan Bung Karno adalah ketika beliau harus menunggu
kedatangan Eisenhower di ruang tunggu. Namun sayangnya, Bung Karno tidak bisa
menunggu lama lagi, hingga ia berkata “Keterlaluan!”. Setelah menunggu
Eisenhower lebih dari satu jam, maka Bung Karno segera memutuskan untuk pergi.
Dalam keadaan marah, beliau berkata, “Apakah
saya harus meunggu lebih lama lagi? Oleh karena, kalau harus begitu, saya akan
berangkat sekarang juga!”
Setelah kedatangan Eisenhower, presiden tersebut ternyata tidak segera
meminta maaf. Dia malah berjalan tanpa rasa bersalah sama sekali. Benar-benar
seseorang pemimpin yang tidak patut dicontoh. Ketika mengiringi Bung Karno,
Eisenhower pun hanya berjalan begitu saja, tanpa basa-basi dan tanpa permintaan
maaf. Wow, seperti itukah sikap seorang pemimpin negara adikuasa terhadap para
tamu kenegaraan?.
Sikap dingin Eisenhower tidak hanya terjadi sekali itu saja. Bahkan
ketika Itu kali pertama Bung Karno merasakan penghinaan Eisenhower. Rupanya
tidak berhenti di situ. Ada peristiwa kedua, yang dianggap Bung Karno merupakan
penghinaan, yaitu ketika Eisenhower mengunjungi Manila, Filipina, namun Eisenhower
menolak untuk mengunjungi Indonesia. Kepada Cindy Adams, Bung Karno berkata, “Boleh
dikata dia sudah berada di tepi pagar rumahku, dia menolak mengunjungi
Indonesia,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar